Cinta emang buta, tapi dengan cinta
pula kita merasa teramat pede, bahkan mengalahkan kepedean seorang balita yang
joget – joget telanjang di depan rumah setelah mandi. Tidak percaya? Coba kamu
inget – inget saat ada orang menyanjung kamu cantik atau tampan, kepedean kamu
akan naik 1000 kali lipat buat menggaet cinta seseorang yang kamu kejar. Hal itu
juga dialami seorang Siti Zulaikah, cewek tembem di sebuah SMA swasta di sebuah
kota kecil
pinggiran Jawa Timur. Saat lebaran kemarin, dia banyak bertemu sanak saudaranya
dari luar kota
yang datang ke rumahnya, Zul sangat senang terlebih sebagian besar pakdhe dan
budhenya menyebut dia cantik layaknya Pretty ( Pretty Sinta atau Pretty Asmara
mereka tak pernah melanjutkan).
Zul ini barusan putus dengan
pacarnya, Mas Boy nama pacarnya ( nama lengkapnya Boimin Rahardja ). Zul
memutuskan Mas Boy setelah tau kalau pacarnya sengaja membuat akun facebook
lagi buat menggoda cewek – cewek lain. Padahal saat itu Mas Boy menamakan akun
baru facebooknya cukup rumit ( Akkue SiiiBoyLelakiy CoekoepTaksTertandingiii ),
namun Zul yang memiliki indra keenam ini cukup lihai melihat gerak gerik
pacarnya saat di warnet, ketahuan deh si Mas Boy.
Mas Boy sebenarnya masih ingin terus
mempertahankan hubungannya dengan Zul, terlebih dia tak mau pesta tahun baru
nanti menjabat sebagai jomblo akhir tahun yang merana. Tetapi Zul terlanjur
buta akan cinta Mas Boy, Zul sekarang tengah mengejar cinta seorang lelaki
teman di kelasnya, Zaki.
Cinta Zul kepada Zaki begitu hebat,
bahkan dia terinspirasi dengan Film Perahu Kertas yang kemarin dilihatnya di
bioskop dengan membuat gantungan kunci Z dan Z (Zaki dan Zul), dia sangat
berharap Zaki mau membalas cintanya.
Suatu ketika, di perpus sekolahnya,
Zul melihat Zaki yang sedang membaca buku di salah satu meja panjang.
“ Eh ada Aa Zaki, Zul boleh duduk
deket Aa gak?”
“ Silakan aja Zul, ini kan kursi sekolah, siapa
aja juga boleh duduk kok.”
Beberapa menit kemudian suasana
hening. Dalam hatinya, Zul tengah berbunga – bunga bisa duduk dekat Zaki.
Bibirnya kelu ketika akan membuka percakapan, hatinya seperti bedug Sholat
Jumat yang ditabuh cepat, bahkan saking dag dig dugnya membuat matanya merem
melek tak percaya.
Cukup lama Zul diam berjuta bahasa,
mirip kera melihat orang yang baca cerita ini (Eh salah fokus hehe). Akhirnya
dia bertekad untuk membuka obrolan dengan Zaki, target awalnya adalah mendapat
nomer hape Zaki.
“Aa Zaki.”
“Eh… iya Zul.” Zaki kaget, dikiranya
Zul sudah kembali ke kelas. Maklum dari tadi suasananya sepi tak ada suara.
Ketika Zul mau berkata, ternyata bel
masuk kelas berbunyi. Alhasil usaha Zul gagal untuk meminta nomer hape Zaki.
Mereka berduapun masuk ke kelas.
Zul cukup sedih meratapi
kegagalannya di perpus tadi siang. Suasana hatinya sekarang tengah berantakan.
Agar reda emosinya, dia berniat jalan jalan sore alias JJS ke taman deket
rumahnya, barangkali dia juga bisa bertemu dengan penjual pentol langganannya.
Namun, sesampainya di taman ternyata hujan turun dengan lebat. Zul berlari
berteduh ke pos pinggir taman.
“ Uh, suasana hati galau. Ujan lagi.
Ya Tuhanku, apa yang harus kulakukan?” Zul mendongakkan kepala seraya berkata
penuh air mata.
“ Tenang Neng, kan
ada Mas Boy disini.”
Zul kaget kepalang, “Darimana datangnya si Mas Boy. Kok tahu – tahu udah ada disini.”, gumamnya dalam hati.
Zul kaget kepalang, “Darimana datangnya si Mas Boy. Kok tahu – tahu udah ada disini.”, gumamnya dalam hati.
Suasana lagi – lagi hening. Kali ini
Zul diam acuh dan tak berharap suasana akan berjalan lama. Beda dengan saat
berdua dengan Zaki di perpus tadi siang.
“ Eh Neng Zul, bapaknya neng ini
seorang maling ya?”
Zul hanya diam. Tak mau gombalannya
terpotong, Mas Boy melanjutkan kata – katanya, “ karena Neng Zul udah pintar
mencuri hatiku.”
Zul masih diam, bahkan merasa risih
mendengar bapaknya disebut maling oleh Mas Boy.
“ Ibunya Neng Zul ini seorang
penculik kan?”
Zul tetep diam, Mas Boy dibuat
linglung.
“ Karena neng cukup lihai menyandera
hatiku di hatimu.”
Kali ini Zul menangis, Mas Boy jadi
bingung. Dicarinya kain untuk menyeka air mata Zul, dia teringat adegan di
sinetron – sinetron yang dia lihat. Tapi apa daya disitu hanya ada daun – daun
kering.
“ Ada apa neng kok nangis? Neng terharu dengan
gombalanku?”
“ Terharu botak lu Mas, Zul nangis
denger kata – kata mas yang nyebut bapak Zul seorang maling, Ibu Zul seorang
penculik. Mas Zul tega banget ya! Mas Zul tau sendiri kan, bapakku itu seorang petani dan ibuku
seorang penjahit.”
“ Oh pantas, Zul mampu mencangkul
hatiku dan menanam benih – benih cinta di hatiku, juga mampu menjahit lubang
hatiku yang sobek digigit anjing.”
Zul makin marah dan berlari hujan –
hujanan menuju rumahnya. Mas Boy hanya tersenyum gak mudeng keadaan dan menganggap Zul terharu dengan usaha
gombalannya.
Esok hari kemudian, Zul berangkat
sekolah dengan penuh misi kepahlawanan. Misi menyelamatkan hatinya dengan
target utama mendapat nomer hape Zaki, agar malam tahun baru tak menjabat
sebagai jomblowati. Misi yang tak jauh beda dari misi mantan pacarnya, Mas Boy.
Di kelas, Zaki kebetulan tengah
duduk sendiri. Teman sebangkunya sedang gak masuk karena sakit, mugkin karena
hujan – hujanan kemarin (Ah gak penting). Zul melihatnya sebagai kesempatan
emas. Didekatinya Zaki yang tengah sendiri, dengan melenggak lenggokkan
jalannya seolah model yang sedang melintas di atas catwalk.
“Eh Aa Zaki, aku duduk sini ya. Mata
aku gak bisa liat papan tulis dengan jelas loh.” Zul berkata dengan logat khas
Cinta Laura.
Zaki hanya tersenyum, dia sudah tau
maksud Zul mendekatinya beberapa waktu belakangan ini. Zaki sengaja tak
menghindar agar Zul kapok tak mendekatinya lagi di kemudian hari.
Di lain pihak, Zul tengah berbunga –
bunga dengan sikap Zaki yang membiarkan dirinya duduk sebangku dengannya. Dia
mencari cara agar mendapatkan nomer hapenya Zaki. Lumayan agar ntar malam ada
yang menemaninya SMSan, maklum hape Zul jadul jadi gak bisa BBGan apalagi BBMan
(BBG = Bahan Bakar Gas, Apasih!!)
Zul teringat gombalannya Denny
Cagur, Raja Gombal di Indonesia.
“Eh Aa, punya Aipon (Iphone) gak??”
“Hah?? I phone ya?? Punya dong.
Kenapa? Kamu gak punya ya??”
Zul tersenyum malu – malu kambing,
lalu dia tersentak kaget melihat kepala Zaki mendekat ke telinganya.
“Kamu gak punya ya?? Ndesssss…..so!”
bisik Zaki lalu tertawa cekikikan di kelas.
Zul makin merasa malu, bahkan yang
tadinya malu – malu kambing sekarang jadi malu – malu dua kambing.
“Ah Aa ini bisa aja deh hehehehe.”
Zul menutupi rasa malunya dengan ikut ketawa.
“Eh Aa pasti bapaknya seorang
pelaut.” Zul menirukan gaya
gombal Mas Boy kemarin sore.
Zaki ternyata sudah menyiapkan jurus
penangkal gombalan Zul.
“ Emm… gak kok, bapakku itu seorang
kepala rumah tangga yang baik, penyayang dan gak sombong. Dan bla.. bla.. bla
(panjang tak terdefinisikan kata – katanya).”
Zul kali ini benar – benar dibuat
mati kutu, dua gombalannya ditangkis dengan mudah oleh Zaki. Suasana kemudian
hening sampai jam pelajaran selesai.
Di lain pihak, Mas Boy tengah
menanti kedatangan Zul di depan rumah Zul. Dia sengaja datang dengan baju kotak
– kotak agar tak kalah kerennya dengan Jokowi. Sudah lama dia menanti, akhirnya
Zul terlihat berjalan lemas setelah turun dari angkot langganannya.
“ Ah Ratu tawonku datang juga
akhirnya.” Mas Boy langsung menata kepala botaknya dengan sisir ( bodoh amat
yaa si Mas Boy).
“ Loh, ngapain kesini?” Zul kaget
melihat Mas Boy lengkap dengan baju kotak – kotaknya.
“ Ah, Mas Boy kan pengen ketemu Neng Zul, Mas udah kangen
pengen jalan – jalan sambil makan ke lesehan deket alun – alun. Mengenang masa
pacaran dulu, kan
ini weekend terakhir di 2012.”
Zul jadi teringat bahwa sebentar
lagi udah akhir tahun. Zul menyanggupi ajakan Mas Boy. Dengan syarat nanti
dibelikan tas dan sepatu baru. Memang, masalah hati tetap kalah dengan tas dan
sepatu baru di mata sebagian cewek – cewek. Iyakah?
Zul murung di tengah jalan, Mas Boy
memang kurang peka dengan keadaan. Dia malah tengah berusaha agar bisa
menggandeng tangan Zul. Memang, nafsu cowok dan cewek sama besarnya tapi untuk
2 hal yang berbeda.
Sesampai di lesehan pecel di
pinggiran alun – alun, mereka memasan pecel ayam dan es teh manis ( yang baca
dilarang ngiler yah). Mas Boy berusaha menggombali Zul kembali.
“ Neng Zul, tau gak? Neng Zul itu
manis buanget kayak teh ini, kalau Neng jadi teh manisnya, Mas Boy pantes jadi
Nasi Pecelnya. Biar kita serasi gitu. Hahahaha.”
Zul diam aja sambil melihat toko tas
depan lesehan, melihat barangkali ada tas yang menarik hati dan dompetnya Mas
Boy.
“Ah, Neng Zul diam aja Mas
gombalin.”
“Heh, siapa suruh gombalin Zul
Bang?”
“Iya iya maap. Kalau neng jadi….”
Belum selesai Boy menggombal lagi
ternyata mulutnya dimasuki nasi oleh Zul.
“Kalau Zul jadi bunga bangkai, abang
mau jadi apa? Mau nyiumin bauku?”
Mas Boy kali ini diem, bukan karena
gak bisa menjawab melainkan sibuk mengunyah nasi yang dijejalkan oleh Zul.
Beberapa detik kemudian, Zul
dikagetkan dengan sosok yang melintas di depannya. Sosok yang siang tadi
digombalinya tetapi gagal. Sosok yang ternyata tengah menggandeng seorang cewek
cantik tinggi nan seksi, sosok cantik yang mirip kuntilanak tapi bukan setan.
Cantik dan menyeramkan.
Hati Zul pecah berkeping keping,
mirip piring yang dijatuhkan dari atas atap. Dia patah hati, Ingin rasanya
mengejar Zaki dan pacarnya tersebut. Namun dia teringat pertengkaran Depe dan
Jupe, dia takut berantem dan ada infotainment tahu, lalu dijebloskan ke dalam
penjara.
Zul menangis tanpa mengeluarkan air
keringat, dia meneteskan air mata. Mas Boy mengetahuinya dan mengambil kain lap
dari sakunya. Sudah siap – siap ternyata.
“Neng kenapa nangis? Kepedesan ya?
Emang sih pecel disini pedes banget, sepedes rintanganku menaklukkan hati Neng
Zul.”
“Ah Mas Boy apaan sih.”
Mas Boy senang bukan main, baru kali
ini gombalannya direspon baik oleh Zul. Mas Boypun loncat – loncat kegirangan.
(malu – maluin penulis aja sikapnya)
Selesai makan pecel, mereka berdua
pun melanjutkan malam minggu terakhir 2012 ke toko tas dan sepatu, Zul pun
seakan lupa sakit hatinya yang dirasa barusan. Dasar cewek, luka hati memang
cepet sembuhnya kalau dibeliin sesuatu yang baru. Setelah mendapatkan tas dan
sepatu yang diinginkan, Zul mengajak Mas Boy untuk pulang.
“ Akh, Mas Boy emang lelaki yang
pantas di sampingku, bukan Zaki yang menolakku di belakang. Uh.” Zul mengetik
di keypad hapenya lalu mengklik tombol kirim di halaman fesbuk.
Akhirnya mereka jadian lagi. Memang
cinta itu buta, bahkan mampu membutakan mana perasaan mana nafsu untuk
memiliki. Semoga balada cinta ini bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi
jomblowan jomblowati yang menunggu kesempurnaan cinta.
Cerpen yang ini sempat "ucul" ke nominasi pemenang lomba kisah cinta gokil di Gradien (lupa nama lombanya apa). Meski akhirnya cuma jadi nominasi doang. :P






Tidak ada komentar:
Posting Komentar